WAKTU

Saturday, November 15, 2014

TENTANG MEMANDANG KAKBAH

 Didalam sebuah buku yang sempat saya baca berjudul “Mukjizat Kakbah” karangan Zainurrofiq, menjelaskan tentang bagaimana cara memfosisikan perasaan dan hati kita saat kita memandang kakbah. 
Didalam buku tersebut diawali dengan sebuah cerita pengalaman pengarang sendiri “suatu hari selepas sholat subuh, disamping kakbah seseorang sedang umrah pernah bertutur kepada saya sambil menangis. Ia bertanya kepada saya dengan nada mengeluh, mengapa saya tidak melihat dan merasakan sesuatu yang ajaib dalam perjalanan ke kakbah ini ? sebaliknya, perasaan saya justru hampa.  Saya hanya melihat tumpukan batu yang diselimuti kain hitam, dan orang-orang tak henti-hentinya berdesakan berkeliling di sekitarnya.  Selain harus berdesak-desakan terkadang saya juga tidak nyaman dengan suhu udara yang panas”.
Sebelum menjawab masalah yang terjadi pada jemaah tersebut, penulis buku terlebih dahulu mengutarakan perasaannya : “Ternyata tanpa disadari banyak sekali orang berdatangan dari seluruh penjuru dunia ke kota Mekkah dengan harapan akan mendapatkan gelimangan berkah dan hikmah dari kakbah.  Namun sesampainya disana tidak banyak yang bisa mereka dapatkan kecuali hanya lelah dan gelisah. Belum lagi perasaan yang timbul karena memikul beban ibadah yang berat, yang mau tidak mau harus    kita lakukan.  Maka munculah anggapan dan kesimpulan bahwa Ibadah ke tanah suci adalah ibadah yang sangat berat.  Kita tidak mampu menikmati ibadah sebagai pendekatan diri kepada Allah SWT.  Padahal mereka adalah hamba-hamba yang telah dipilih oleh Allah SWT. Untuk datang dan berada di tanah suci, tempat yang berbeda dengan tempat lainnya yang ada di muka bumi ini.
Selanjutnya penulis menjelaskan, bahwa Jawaban yang tepat untuk kondisi seperti di atas, bisa jadi karena minimnya kita memahami hakikat ibadah di tanah suci sehingga hasil yang didapatpun hanya sedikit.  Kita membutuhkan cara pandang yang tepat dalam melihat dan memosisikan kakbah,  dibutuhkan pandangan hati yang bersih dan tidak hanya mengandalkan pandangan kasat mata atau pikiran sadar saja, tetapi kita harus melihat kakbah dengan kekuatan bawah sadar karena kekuatan bawah sadar memiliki kemampuan 88% dibandingkan kekuatan pikiran sadar kita yang hanya 12%.  Umumnya para jemaah yang datang ke kakbah hanya menggunakan pikiran sadarnya.  Padahal akan lebih baik bila kita melihat serta memosisikan kakbah dari sudut pandang alam bawah sadar yang kekuatannya lebih besar.  Kekuatan bawah sadar ini secara umum dapat diimpelementasikan dalam bentuk perasaan, dan pikiran bawah sadar inilah yang sering kita kategorikan sebagai hati.
Saat kita hanya melihat kakbah atau bangunan suci lainnya yang ada didalam Al-Qur’an dan Hadis dengan mata biasa, maka yang tampak dihadapan kita tidak lain hanya tumpukan batu atau kain serta hiruk pikuk manusia yang terkadang membuat kita tidak nyaman.  Namun, jika kita mampu melihatnya dengan mata hati, maka yang kita rasakan adalah gelombang ketenangan dan kebahagiaan.  Ketenangan dan kebahagiaan ini bahkan mampu memupuk kualitas keimanan yang sudah ada didalam benak kita.
Ketika kita menyaksikan proses ibadah di Tanah Suci lewat kacamatan alam bawah sadar atau dengan Hati, maka ketika kita melihat kubus hitam yang ada didalam masjidil haram, secara otomatis kita akan Kontak dengan perasaan dan pemahaman bahwa kita tengah berada dalam pusaran energi yang maha dahsyatKita akan membayangkan sedang berada tepat dibawah Baitul Makmur, tempat ibadahnya para malaikat kepada Allah SWT.  Berarti terbayang dalam penglihatan kita tepat diatas kita para malaikat tak henti-hentinya bertawap mengabdi dan beribadah kepada sang khalik, pencipta alam dan jasad kita.  Betapa indah dan beruntungnya kita berada dibawah pusaran energi tawap para malaikat Allah SWT.
Udara yang kita hiruppun sungguh berbeda dengan udara yang kita hirup ditempat lain.  Betapa tidak, tempat kita beribadah adalah pusaran energi positip dari seluruh penjuru bumi.  Dimanapun umat manusia berada, mereka melaksanakan sholat dan berkiblat mengarah ke kakbah.  Seluruh energi positip ibadah tersebut diarahkan ke kakbah.  Begitu juga di sekeliling kakbah, berjuta orang tak henti-hentinya berkeliling membuat energi positip. Maka bisa dibayangkan betapa besar energi yang akan mengubah struktur partikel tubuh kita.
Saat tawaf semua orang melafalkan kalimat Tayyibah (kalimat baik) dan zikir.  Zikir memiliki kekuatan positip karena dengan zikir akan memancarkan energi positip,  Sungguh sangat berlipat ganda energi keberkahan yang ada di tempat itu. Pantaslah jika dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Hassan bin Athiyyah, bahwa Allah menurunkan 120 Rahmat untuk Baitullah ini, yang diturunkaan setiap hari.  60 diantaranya untuk orang-orang yang bertawaf, 40 untuk orang yang sholat, dan 20 untuk orang yang memandangi kakbah.  Bahkan orang yang hanya melihat Kakbah (tanpa berzikir, tidak membaca alqur’an, dan tidak sholat) sudah mendapatkan rahmat dari Allah. Betapa besar Rahmat Allah yang diberikan pada kita yang beruntung mengunjungi kakbah dan tempat suci lainnya. 
Energ positip yang berada disekitar kakbah yang didapatkan baik dari aktifitas sholat kaum muslimin yang berkiblat ke kakbah maupun benda-benda yang ada di sekitarnya, sesunggunya juga dapat bermanfaat sebagai Wasilah atau sarana bagi siapapun untuk memperbaiki struktur energi tubuh agar terhindar dari berbagai macam penyakit.  Maka sebenarnya siapaun yang mendekati kakbah, ia telah mendekati sumber energi positip yang maha dahsyat.
Namun kunci untuk mendapatkan energi positip tersebut adalah kita harus mampu membuka mata hati dengan sepenuh keyakinan dan keikhlasan.  Seseorang yang tidak yakin dan tidak ikhlas, sama saja dia tidak membuka hatinya untuk mendapatkan resonansi energi positip dari kakbah.
Memang ternyata setiap saat dari berbagai belahan dunia secara terus menerus mengumandangkan azan dan kaum muslimin setiap saat melaksanakan sholat menghadap kakbah yang tentu saja juga memancarkan energi positip. Tentang hal ini saya terkesan pada running touch yang ditayangkan METRO TV saat kumadang azan magrib dengan tulisan :
Subhanallah, begitu banyak tanda - tanda  kebesaran-Nya
di alam semesta ini.
Adzan telah dikumandangkan dari beribu surau dan masjid.
 Dunia memiliki perbedaan waktu antara satu wilayah dengan wilayah lain.
Sebelum Adzan subuh sempat berkumandang di wilayah terbarat benua Afrika,Adzan Dhuhur pun siap berkumandang menjelajah belahan dunia lainnya.
Sementara kumandang Adzan Dhuhur belum sempat terdengar kembali di bagian timur Indonesia,
Adzan Ashar telah siap menjelajah belahan dunia lainnya.
Saat gema Adzan Ashar belum selesai, Adzan maghrib telah merambah Bumi ini. Selang beberapa saat Adzan Isya’ pun siap melanjutkan.
Ketika gema Adzan Isya’ belum selesai di benua Amerika, Adzan Subuh sudah kembali terdengar di sebagian wilayah Indonesia.

Seiring bergantinya siang dan malam  ternyata Adzan akan selalu berkumandang di bumi ini.
Tanpa kita sadari, para muadzin di seluruh penjuru dunia ini  tak henti - hentinya bersahutan mengumandangkan adzan.
Insya Allah gema Adzan akan terus mengawal dunia berputar hingga akhir zaman

No comments:

Post a Comment